Keamanan publik adalah fondasi utama sebuah ketertiban sosial, dan di garda terdepan penegakannya adalah Satuan Samapta Bhayangkara (Sabhara). Tugas utama Sabhara adalah melakukan pencegahan, pengawasan, dan pengamanan, yang diwujudkan melalui kegiatan patroli yang terstruktur dan terukur. Namun, patroli mereka bukanlah kegiatan acak. Ada Strategi Jitu Sabhara yang fokus pada jam-jam dan lokasi yang paling rentan terhadap aktivitas kriminal. Penempatan personel dan kendaraan patroli yang tepat pada waktu kritis ini terbukti sangat efektif dalam menciptakan efek gentar, atau deterrence effect, yang secara signifikan mengurangi niat pelaku kejahatan untuk beraksi.
Identifikasi jam-jam kritis merupakan pilar utama dari Strategi Jitu Sabhara. Berdasarkan analisis data kriminalitas dari berbagai Polres di Indonesia, terungkap bahwa ada dua periode waktu utama yang menjadi ‘jendela emas’ bagi pelaku kejahatan. Periode pertama adalah dini hari, yaitu antara pukul 01.00 WIB hingga 04.00 WIB. Pada jam ini, kondisi jalanan sangat sepi, warga sudah terlelap, dan tingkat kewaspadaan publik berada di titik terendah, menjadikannya waktu ideal untuk aksi pencurian (baik kendaraan, rumah, maupun minimarket). Periode kedua adalah senja hingga malam hari, khususnya antara pukul 18.00 WIB hingga 21.00 WIB, di mana banyak warga baru pulang kerja dan situasi jalanan masih padat namun pengawasan mulai mengendur, memfasilitasi tindak kejahatan jalanan seperti perampasan (begal).
Menanggapi pola kerawanan ini, Strategi Jitu Sabhara melibatkan penempatan Tim Patroli Backbone pada titik-titik rawan tersebut. Tim ini tidak hanya berpatroli, tetapi juga melakukan Stasioner Patroli, yaitu berhenti di area-area hotspot kriminalitas, seperti sekitar mesin ATM, stasiun pengisian bahan bakar (SPBU), dan gerbang kompleks perumahan besar. Di wilayah Kabupaten Semarang, berdasarkan laporan triwulan April 2024, peningkatan intensitas patroli Sabhara pada jam-jam kritis ini berhasil menekan angka kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor) hingga mencapai level terendah dalam dua tahun terakhir. Patroli dilakukan dengan prosedur standar operasional (SOP) yang ketat, di mana setiap personel wajib melaporkan posisi dan kondisi terakhir mereka kepada Pusat Komando setiap 30 menit melalui sistem komunikasi terenkripsi.
Selain patroli backbone, Strategi Jitu Sabhara juga mencakup patroli humanis yang bertujuan untuk membangun kedekatan dengan masyarakat, seringkali melalui Satuan Pembinaan Masyarakat (Binmas). Patroli ini dilakukan oleh anggota yang tidak hanya bertugas mengawasi, tetapi juga berinteraksi langsung dengan penjaga keamanan lingkungan (Satpam) dan warga, memberikan penyuluhan singkat tentang cara menjaga keamanan pribadi dan lingkungan. Misalnya, setiap hari Selasa sore, Sabhara kerap mengadakan kunjungan ke lingkungan pasar atau pusat perbelanjaan untuk mengingatkan warga agar tidak meninggalkan barang berharga di kendaraan.
Dengan demikian, keberhasilan Sabhara dalam menjaga Kamtibmas terletak pada kemampuan mereka memprediksi dan merespons pola kejahatan. Melalui Strategi Jitu Sabhara yang memanfaatkan data, teknologi, dan penempatan personel secara cerdas pada jam-jam kritis, mereka secara efektif menghilangkan ruang gerak bagi para pelaku kriminal, sehingga lingkungan menjadi lebih aman bagi kita semua.
