Jakarta, sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan, menghadapi tantangan laten berupa kemacetan lalu lintas yang parah, terutama pada jam-jam sibuk. Untuk mengatasi persoalan kronis ini, Ditlantas Polda Metro Jaya telah menerapkan berbagai inovasi dan teknik pengaturan lalu lintas yang bertujuan Mengurai Kemacetan secara efektif. Upaya ini bukan hanya mengandalkan keberadaan personel Polantas di lapangan, tetapi juga integrasi teknologi canggih untuk manajemen arus kendaraan yang lebih cerdas dan responsif. Pengaturan lalu lintas yang adaptif ini menjadi kunci untuk meningkatkan mobilitas dan efisiensi waktu perjalanan warga ibu kota, yang secara langsung berdampak pada produktivitas ekonomi regional.
Salah satu teknik pengaturan lalu lintas terkini yang masif digunakan untuk Mengurai Kemacetan adalah implementasi Traffic Light Adaptive (TL Adaptive) atau Area Traffic Control System (ATCS). Sistem ini memungkinkan durasi lampu lalu lintas di persimpangan diatur secara dinamis, disesuaikan dengan volume kendaraan yang terdeteksi oleh sensor dan kamera Artificial Intelligence (AI) secara real-time. Di persimpangan Tugu Tani, Jakarta Pusat, misalnya, pada hari-hari kerja, sistem ATCS secara otomatis memperpanjang durasi lampu hijau untuk arus dari Jalan Menteng Raya pada jam pulang kantor (pukul 17.00 hingga 19.00 WIB) ketika kepadatan kendaraan menuju arah Cikini terdeteksi jauh lebih tinggi. Data dari Dishub DKI Jakarta menunjukkan bahwa penggunaan ATCS sejak awal tahun 2025 telah mengurangi waktu tunggu rata-rata di 30 persimpangan utama hingga 10-15%.
Selain intervensi teknologi, personel Polantas juga mengoptimalkan teknik rekayasa lalu lintas (traffic engineering) berupa skema Contraflow (lawan arus) dan One Way (satu arah) pada titik-titik krusial. Contohnya, penerapan contraflow di ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek pada periode libur panjang, seperti Hari Raya Idulfitri 2025, yang berhasil Mengurai Kemacetan parah hingga 40 kilometer. Di dalam kota, skema lawan arus rutin diberlakukan di Jalan Rasuna Said atau Jalan Gatot Subroto pada jam-jam puncak (pukul 07.00-09.00 WIB) untuk mengakomodasi arus masuk karyawan perkantoran. Teknik ini membutuhkan koordinasi yang sangat ketat dan quick response dari personel yang bertugas, dipimpin oleh Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasat Lantas) wilayah setempat.
Inovasi lain adalah penggunaan drone pengawasan lalu lintas, yang memberikan pandangan udara menyeluruh bagi pusat kendali Traffic Management Center (TMC). Drone ini digunakan untuk memantau kemacetan yang disebabkan oleh kecelakaan atau pelanggaran parkir liar yang tidak terjangkau kamera CCTV. Pada hari Kamis, 6 November 2025, tim TMC Polda Metro Jaya menggunakan drone di kawasan Central Business District (CBD) Sudirman untuk mendeteksi bottleneck yang disebabkan oleh kegiatan bongkar muat, memungkinkan Polantas segera mengirim tim ke lokasi untuk melakukan penertiban. Melalui kombinasi teknologi dan kehadiran personel yang adaptif, upaya Mengurai Kemacetan Jakarta terus dioptimalkan demi terciptanya lalu lintas yang aman, tertib, dan lancar.
